Kamis, 11 Februari 2010

Kata temanku, Kalau orang – orang dulu mau hutang …. mereka datangnya ke masjid

Kata temanku, Kalau orang – orang dulu mau hutang …. mereka datangnya ke masjid

Tema tersebut diatas bermula dari perkataan temanku saat kami sedang ngobrol santai selepas sholat di masjid, ya ….sengaja perkataan ini ku jadikan sebagai tema, karena aku melihat ada hal yang sangat menarik perhatianku, terlebih lagi jika tema tersebut dikaitkan dengan kondisi ummat yang ada saat ini. Kalau dipikir-pikir kandungan tema tersebut mengisyaratkan pada kita bahwa orang-orang dulu di lingkungan rumah temanku dengan masjidnya terdapat kedekatan yang sangat, sampai-sampai dalam persoalan hutang saja, orang pada saat itu datangnya ke masjid untuk mencari solusi, apalagi dalam persoalan lain ? pikirku dalam hati. Merenungi tema tersebut di atas aku hanya bisa membayangkan, bahwa masjid-mashid saat itu benar-benar telah menyatu dengan ummat, sehingga ummat pun dekat dengan masjidnya.
Akan tetapi saat pengambaran diatas ku coba kaitkan dengan realita masjid-masjid kita hari ini, wah…saya merasa prihatin, sebab pengambaran tersebut sangatlah jauh dari yang kita harapkan selama ini. Sehingga jangankan membantu melunasi hutang bagi ummat yang tidak mampu melunasinya, mengelola masjid untuk bisa peduli dengan ummat sekitar saja teramat berat dilakukan, maka wajar saja jika masjid-masjid saat ini sepertinya telah kehilangan jatidirinya yang sesungguhnya, yang ada hanya membangun fisik dan kegiatan glamor serta tanpa memiliki arah dan target perbaikan ummat yang jelas.
Mungkin kita bertanya, mengapa masjid-masjid hari ini tidak mampu memerankan fungsi keummatan dengan baik, sebagaimana yang telah dilakukan masjid-masjid dulu seperti yang dikatakan temanku? Salah satu faktornya barangkali tidak berfungsinya Baitul Maal Masjid. Coba anda saksikan dan perhatikan masjid-masjid saat ini tentang pengelolaan Baitul Maalnya, kebanyakan nol besar alias tidak berjalan sama sekali, kalaupun ada yang berjalan, jarang yang dikelola dengan serius. Maka anda jangan heran jika Baitul Maal Masjid terkesan hanya formalitas dipapan pengumuman masjid, selebihnya tidak ada kiprahnya.
Tragis memang kalau boleh saya katakan, jika di dalam masjid saja ternyata Baitul Maalnya tidak berjalan sama sekali, lalu bagaimana mau membantu ummat kalau Baitul Maal saja tidak fungsi ? Sedangkan kas masjid yang terkadang mencapai jutaan rupiah pun juga tidak bisa dimanfaatkan atau disalurkan untuk ummat ? Sekali lagi saya katakan ironis, sebagai contoh bagi anda jika tidak ada Baitul Maal, bagaimana jika ada seorang musafir yang dalam perjalanan jauh sedangkan dirinya kehabisan bekal dan tidak ada yang bisa memberikan pinjaman? kemana dirinya harus mencari solusi …? Seharusnya musafir tersebut bisa datang ke masjid untuk mendapatkan jatah sebagai orang yang berhak menerima zakat, lalu bagaimana jika masjidnya saja sering terkunci dan bukanya hanya diwaktu sholat? Ditambah lagi tidak adanya dana Baitul Maal Masjid ? Mungkinkah musafir ini akan terbantu melalui masjid ? Jawabanya sudah pasti tidak, karena kebanyakan masjid saat ini terkesan kurang ramah terhadap para pengujungnya, jangankan untuk membantu musafir, untuk buang hajat saja seringkali kita mengalami kesulitan, sebab semua pintu WC terkunci (terkuncinya dengan alasan untuk menjaga kebersihan, padahal sudah ada tenaga kebersihan) coba anda banyangkan jika yang mau buang hajat tersebut benar-benar seorang muslim dan musafir lagi ….kan kasihan untuk sekedar buang hajat saja kesusahan, terlebih lagi di malam hari.
Kalau kita pikir-pikir, sebenarnya masjid saat ini ada dana tidak sih …kok tidak mampu mewujudkan Baitul Maal Masjid ? Berbicara soal dana, wah…..anda jangan tanya …masjid-masjid kita saat ini kebanyakkan memiliki saldo di atas Rp 5 juta (untuk ukuran masjid sedang), kalau anda kurang percaya, coba telusuri masjid disekitar anda, niscaya anda akan sependapat dengan saya. Tetapi anda jangan heran, kalau dana yang banyak tersebut, saat ini terkesan hanya sekedar terpampang di papan pengumuman, dan kurang optimal pemanfaatannya, mungkin hanya sebagai pelengkap semata, bahwa masjid harus ada papan pengumuman dan laporan keuangannya (biar pantas dikatakan masjid yang transparan dan akuntanbilitasnya baik), tapi ada pula lho ……masjid memiliki papan pengumuman yang besar dan bagus….tapi laporan keuangannya tidak pernah ditulis sama sekali (mungkin biar tidak ketahuan kali…., termasuk masjid yang miskin dana atau masjid yang dananya melimpah)
Kondisi yang sebagaimana yang saya gambarkan di atas, yakni masjid yang tidak mampu mewujudkan Baitul Maal, seharusnya tidak perlu terjadi…..jika kita benar-benar ingin memperbaiki ummat melalui Baitul Maal Masjid, Mengapa? :
1. Karena sebenarnya potensi dana yang masuk ke kas masjid selain rutinitasnya bisa diharapkan, besarnya pun sebenarnya cukup lumayan untuk mewujudkan Baitul Maal Masjid, contohnya Infaq Jumatan masjid.
2. Seharusnya tidak perlu terjadi adanya pengendapan dana atau dana yang tidak termanfaatkan diluar batas kewajaran, sebab kebanyakan rata-rata masjid saat ini memiliki kas mencapai kurang lebih Rp 5 jutaan ke atas dan dana tersebut hanya mengendap/kurang diopotimalkan untuk ummat
3. Karena kebutuhan pokok masjid, kalau dihitung-hitung tidak akan mencapai Rp 1 juta/bulan, paling-paling untuk masjid ukuran sedang kebutuhan dana hanya pada kisaran Rp 200.000,00 s/d Rp. 300.000,00/bulan saja. Perhitungan ini hanya untuk listrik masjid, tenaga kebersihan, transport khotib dan acara pengajian yang sederhana)
Jika kebutuhan pokok/bulan ini bisa kita buat aman dalam waktu 5 bulan, maka kebutuhan pokok masjid hanya sebesar Rp 300.000,00 x 5 bulan = Rp 1.500.000,00 (untuk kurun waktu 5 bulan ke depan). Sedangkan apabila masjid memiliki saldo mengendap Rp 5.000.000,00 ini berarti besarnya dana yang mengendap (yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk ummat) sebesar Rp 5.000.000,00 – Rp. 1.500.000,00 = Rp. 3.500.000,00.
Lalu yang jadi pertanyaan, atas dasar apa dana yang mengendap tersebut tidak dimanfaatkan/disalurkan untuk ummat? …Takut habis ..? Sebenarnya tidak ada alasan dana tersebut tidak segera disalurkan, apalagi jika alasan tersebut hanya berlandaskan ketakutan-ketakutan semata. Mengendapnya dana kas masjid merupakan tanggungjawab para pengurus masjid saat ini, baik dihadapan manusia maupun Allah Swt, terlebih lagi jika ada masyarakat sekitar masjid yang sangat membutuhkan dana, misalmya untuk berobat, makan atau lainnya, sedang masyarakat tersebut telah berusaha untuk mencari dana kemana-mana tapi tidak mendapatkan hasil, disatu sisi ternyata dana kas masjid yang terpampang dipengumuman sangat melimpah, tentunya hal ini sangat kontral dan kurang relevan dengan fungsi yang seharusnya diperankan masjid, yakni memberikan perhatian ummat. Untuk itu, jika kasus yang saya gambaran diatas benar-benar terjadi dilingkungan masjid kita dan hal sangat mungkin terjadi, tentu hal ini merupakan tamparan yang sangat memalukan bagi pengelolaan masjid-masjid kita saat ini.
Maka dari itu dana kas masjid yang tidak dimanfaatkan untuk ummat dan hanya sekedar disimpan tentunya menjadi tanggungjawab dan amanah yang besar dipundak para takmir/pengurus masjid saat ini dan suatu saat pasti akan dimintai pertanggungjawabannya, karena memang tidak mudah menjadi Takmir/Pengurus masjid hari ini, selain dibutuhkan keikhlasan yang tulus, ternyata kepakaran dan kemampuan juga menentukan maju mundurnya ummat di sekitar masjid, terkhusus lagi yang mampu mengelola dana kas masjid secara baik. Maka jika anda seorang Takmir/ Pengurus Masjid tapi tidak mampu mengurus dan mengelola masjid dengan baik, memang sebaiknya mundur dan menyerahkannya pada orang yang lebih mampu untuk mengelolanya, karena dengan menyerahkan pada orang yang lebih mampu akan menyelamatkan diri anda dihadapan Allah dan tentunya ummat akan semakin baik ditangan orang yang memang pantas untuk memimpinmenjadi takmir/pengurus masjid (abu muttatiar)

Pemuda Perindu Syurga

Author & Editor

Has laoreet percipitur ad. Vide interesset in mei, no his legimus verterem. Et nostrum imperdiet appellantur usu, mnesarchum referrentur id vim.

1 komentar:

  1. Ide bagus, tp sayang klo bantuan untuk umat muslim berbentuk hutang banyak yang tdk bayar, jadi sebaik pemberian dlm bentuk sodakoh, ok

    BalasHapus